Keep Bandung Beatiful euy.......

25 Juli 2007

Museum Sejarah, Bagian Penting Sebuah Kota

Oleh IWAN HERMAWAN, M.Pd.
KETIKA kita bertanya bagaimana Bandung dulu, tentu jawaban yang diberikan selalu diawali dengan konon atau katanya. Jawaban seperti ini jelas bukan jawaban yang tepat bagi generasi muda saat ini yang sudah berpikir kritis. Akibatnya, orang menjadi tidak tahu bagaimana sejarah kota ini dimulai dan berjalan dari masa ke masa dan kenyataan ini tidak hanya terjadi pada orang yang baru menginjakkan kaki di Kota Bandung, melainkan juga pada mereka yang lahir dan besar di kota ini.

Kenangan indah dan pahit masa lalu Kota Bandung hanya menjadi konsumsi orang tua kita yang mengalaminya, sedang anak-anak sekarang hanya kebingungan dibuatnya dan tidak sedikit di antara mereka yang menganggap cerita orang tua hanyalah sebagai dongeng belaka karena tidak ada bukti yang bisa memperkuatnya. Padahal, perjalanan kota ini sudah sangat panjang dan semuanya diisi dengan keindahan serta kegetiran para pelaku sejarah di dalamnya. Akibatnya, generasi muda saat ini menjadi kurang peduli dan bangga akan kotanya, mereka menganggap kotanya tidak mempunyai sesuatu yang perlu dibanggakan, karena tidak ada sesuatu yang dapat membuktikan kota ini mempunyai perjalanan panjang yang penuh dengan keindahan dan kepahitan.

Kenyataan tersebut terjadi sebagai akibat dari minimnya informasi yang diterima oleh generasi muda tentang Kota Bandung. Buku-buku yang memberikan informasi tentang bagaimana perjalanan kota ini sulit diperoleh, karena kalau pun ada sudah menjadi barang langka yang tidak mudah diperoleh di pasaran. Selain itu, tidak adanya museum yang khusus menampilkan materi perjalanan Kota Bandung juga menjadi penyebab minimnya informasi yang diperoleh generasi muda tentang kota ini.

Museum perjalanan Bandung

Perjalanan panjang Kota Bandung dengan berbagai peristiwa yang mengiringi serta keindahan alamnya telah menjadi kenangan yang terus melekat pada orang-orang yang merasakannya. Oma-opa serta kakek-nenek kita yang pernah mengalami zaman keemasan Bandung selalu mengenangnya dalam berbagai kisah nostalgia yang diceritakan kepada cucu-cucunya. Tetapi sayang, apa yang diceritakan oleh opa-oma atau nenek-kakek kita tidak dapat dibuktikan oleh cucu-cucunya yang lahir belakangan yang tidak merasakan keindahan dan ketenaran kota ini.

Berbagai bukti peninggalan sejarah telah hilang entah ke mana, banyak taman yang telah tergusur demi pembangunan gedung perkantoran atau perdagangan bahkan perumahan, demikian pula halnya gedung-gedung tua telah bersalin wujud menjadi gedung-gedung berarsitektur modern guna memenuhi kebutuhan berbagai aktivitas warga kota yang dari hari ke hari semakin berjibun jumlahnya.

Minimnya bukti sejarah yang tersisa serta kurangnya pengenalan sejarah kota kepada generasi muda mengakibatkan banyak orang muda di Bandung tidak lagi mengenal bagaimana perjalanan hidup kotanya dari masa ke masa. Kenyataan ini menurut para ahli akan memudarkan semangat nasionalisme dan rasa kepedulian terhadap lingkungan sekitar di mana dia tinggal dan menetap, padahal rasa cinta dan kepedulian terhadap daerahnya merupakan modal bagi pembangunan daerah terutama di era otonomi daerah saat ini.

Salah satu upaya untuk menumbuhkan kembali rasa kepedulian generasi muda terhadap tempat tinggalnya, adalah melalui pendirian museum sejarah Bandung. Timbul pertanyaan mengapa harus museum? Karena museum sebagai lembaga yang menyimpan, merawat, dan memamerkan benda-benda yang mempunyai nilai sejarah bagi umat manusia berkenaan dengan kehidupan dan lingkungannya akan mampu memberikan pengenalan berbagai peristiwa sejarah yang pernah terjadi di kota ini.

Semua aspek sejarah perkembangan Kota Bandung, dari Bandung mulai dikenal oleh dunia luar, kemudian pembabakan oleh para perintis, selanjutnya berbagai kegiatan pembangunan kota yang terjadi di awal-awal pembentukannya yang melibatkan berbagai komponen masyarakat, baik para sinyo Belanda maupun para pribumi, yang telah mengangkat Bandung ke pentas nasional bahkan internasional sampai kepada perkembangan kota ke arah metropolitan yang penuh dengan keramaian aktivitas sebuah kota yang tidak pernah tidur walau sekejap.

Melalui pendirian museum sejarah Bandung diharapkan kenangan indah masa lalu di saat zaman jayanya Kota Bandung yang selalu dikenang oleh opa-oma serta kakek-nenek bahkan buyut kita tidak hanya menjadi milik mereka, tetapi dapat juga dinikmati dan dipelajari oleh generasi muda. Pada akhirnya setelah mengenal Bandung secara lebih mendalam diharapkan mereka dapat belajar dari perjuangan serta upaya para pendiri dan pengelola kota di awal pertumbuhan Bandung yang kemudian diharapkan tumbuh rasa cinta dan bangga akan kota di mana mereka lahir dan tumbuh dewasa. Setelah rasa cinta dan bangga muncul diharapkan pada diri mereka tumbuh rasa peduli terhadap perkembangan pembangunan kota ini dan berupaya untuk turut aktif dalam menggerakkan roda pembangunan melalui berbagai upaya positif bagi pembangunan kota. ***

Penulis mahasiswa program doktor (S3) UPI program studi pendidikan IPS.
Pikiran Rakyat


Obyek Wisata Bandung Selatan


Kawah Putih

Putihgede_2 Kawah Putih berada di kawasan daerah wisata Ciwidey, kurang lebih 44 Km dari Kota Bandung ke arah Selatan. Pemandangan kawah yang menghampar putih, membuat orang menyebutnya dengan kawah putih. Disekitar lokasi tersedia kios aneka cinderamata.

Rancabali Tea Plantation

Rancabalibsr Terletak di kawasan perkebunan Ciwidey. Alam perkebunan teh yang menghijau segar dan indah, sangat cocok untuk dijadikan tujuan rekreasi. Fasilitas yang tersedia di kawasan ini adalah bungalow, pemandian air panas alam dan fasilitas pendukung lainnya yang diperlukan oleh para wisatawan.

Situ Patenggang

Patenggangs4bsr Berlokasi di kawasan daerah wisata Ciwidey, kurang lebih 47 Km dari kota Bandung ke arah Selatan dan berada tepat di lingkungan perkebunan teh Rancabali. Situ Patenggang merupakan tempat wisata yang berhawa sejuk segar, panorama alamnya yang indah banyak mendapat kunjungan dari para wisatawan.

Rancaupas

Kijangupasbsr Ranca Upas adalah areal yang disediakan bagi perkemahan, dibawah pengelolaan Perhutani. Disamping disiapkan untuk Bumi Perkemahan, Ranca Upas memiliki areal yang dipergunakan untuk penangkaran Rusa.

Ciwalini

Walinigede Terletak di kawasan daerah wisata Ciwidey atau 46 Km dari kota Bandung. Tempat yang cocok untuk keluarga, tersedia kolam renang sumber air panas alam , restaurant, taman rekreasi untuk anak-anak dan bungalow bagi yang ingin menginap, serta fasilitas pendukung lainnya.


Sejarah Panjang Grand Hotel Preanger Bandung


BANDUNG – Kota Bandung memiliki banyak gedung kuno. Gedung-gedung kuno tersebut antara lain difungsikan sebagai hotel. Salah satu hotel yang masih mempertahankan ciri khas gedungnya yang kuno adalah Grand Hotel Preanger.

Asal-muasal sejarah hotel berbintang lima yang berada di Panghegarkawasan Jl. Asia Afrika Bandung ini memang sangat panjang. Dimulai tahun 1884 saat Bandung masih bernama Priangan. Ketika itu para pemilik perkebunan di Priangan (Priangan Planters) mulai berhasil dalam usaha pertanian dan perkebunannya.

Kaum berduit ini kemudian sering datang berlibur ke Kota Priangan. Jl. Asia Afrika yang saat itu dikenal sebagai kawasan Groote Postweg merupakan pusat kota yang menjadi tujuan utama Priangan Planters menghabiskan duitnya.

Di Groote Postweg tersebut terdapat sebuah toko yang menyediakan barang kebutuhan sehari-hari mereka. Sayangnya toko tersebut kemudian mengalami kebangkrutan.

Melihat semakin banyaknya pelancong dari sekitar Priangan yang datang, oleh W.H.C. Van Deeterkom lalu mengubah toko tersebut menjadi sebuah hotel. Peristiwa di tahun 1897 inilah yang menjadi cikal bakal dari Grand Hotel Preanger.
Hotel Preanger yang didirikan oleh Van Deeterkom ini selama lebih dari seperempat abad menjadi kebanggaan orang-orang Belanda di Kota Bandung. Pada tahun 1929 hotel berarsitektur gaya Indische Empire ini kemudian direnovasi. Menariknya salah satu arsitek yang menangani revonasi hotel ini adalah Presiden RI pertama, Ir Soekarno.

Renovasi ini sama sekali tidak mengubah total gaya arsitektur kuno dari hotel ini. Namanya kemudian menjadi lebih terkenal baik di dalam dan luar negeri. Pengelolaan hotel pun terus berganti tangan. Mulai dari NV Sault, CV Haruman, PD Kertawisata hingga PT Aerowisata yang mulai mengelola tahun 1987. Sejak dikelola oleh PT Aerowisata hotel ini berganti nama menjadi Grand Hotel Preanger.
Pada tahun 1998 pihak Aerowisata menambah daya tampung dengan membangun tower setinggi 10 lantai. Dengan adanya tower tersebut maka Grand Hotel Preanger memiliki 189 kamar. Terdiri dari 137 kamar superior, 46 kamar eksekutif, 5 kamar suite dan 1 kamar presidential suite.

Asisten Manager PR Grand Hotel Preanger Christine Effendy mengatakan di samping penambahan kamar, dilakukan berbagai renovasi area yang terdiri dari area lobby, Preanger Restaurant, Ristorante Italiano, Ramayana Ballroom, Cyber Lounge, Pusat Kebugaran serta Kolam Renang.
Meskipun telah direnovasi, Grand Hotel Preanger tetap menampakkan eksterior klasiknya yang bersejarah. ”Kami tetap mempertahankan pola-pola art deco sebagai ciri khas Grand Hotel Preanger,” papar Christine yang didampingi oleh PR Officer Suksma Ratri.

Wajah asli dari bangunan hotel ini dapat dilihat dari Jl. Asia Afrika maupun Jl. Tamblong. Sebuah bangunan bersejarah dengan gaya arsitektur berselera tinggi. Dipertahankannya bangunan lama ini justru menjadi daya tarik hotel yang letaknya berdekatan dengan Gedung Asia-Afrika ini.

Banyak tamu yang sengaja datang untuk bernostalgia. Menurut Christine setiap bulan Juni-Juli biasanya datang menginap wisatawan asal Belanda. Jumlahnya berkisar antara 60 orang. Mereka sengaja datang untuk mengenang kembali kehidupan di masa lalu semasa tinggal di Bandung.
”Kebanyakan mereka usianya sudah lanjut. Dan mereka pernah tinggal di Bandung di saat mudanya,” timpal Christine. Tak jarang ada di antara mereka yang mengajak anak cucunya. Eksterior bangunan maupun ornamen yang tak berubah sehingga mampu mendatangkan nuansa kenangan di masa lalu membuat mereka memilih tinggal di Grand Hotel Preanger.

Masih dipertahankannya bentuk bangunan kuno membuat Grand Hotel Preanger memiliki nilai lebih. Banyaknya bermunculan hotel-hotel baru di Bandung tak membuat Grand Hotel Preanger tergeser dari persaingan.

Hal ini terlihat dari tingkat hunian (Okupansi) yang bisa mencapai 70 persen. Okupansi ini melebihi okupansi rata-rata hotel di Bandung. Sementara saat weekend okupansi naik menjadi 85 persen. Sedangkan saat long weekend okupansinya bisa sampai 100 persen.

Menurut Christine tamu domestik sebagian besar berasal dari Jakarta. Sementara tamu asing berasal dari Eropa, Amerika, Timur Tengah serta negara-negara di Asia seperti Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia, Brunei Darussalam serta India. Di antara tamu asing yang pernah menginap adalah mantan Sekjen PBB, Butros Butros Gali.

Sejarah perjalanan yang direnda oleh Grand Hotel Preanger memang sangat panjang. Grand Hotel Preanger merupakan bukti hotel yang mampu eksis dengan bentuk bangunan kuno. Kehadiran hotel-hotel baru dengan arsitektur masa kini terbukti tak mampu menggeser Grand Hotel Preanger sebagai sebuah hotel ternama. Dari sejak dulu, kini dan nanti.
SH/didiet b. ernanto)
Sinar Harapan