Keep Bandung Beatiful euy.......

11 Mei 2007


Jujur Walau Kekurangan
SUATU hari pada bulan Agustus, cuaca panas terasa menyengat. Usai melakukan aktivitas rutin mengumpulkan bahan berita, penulis memacu kendaraan menuju Gedung Sate tempat mangkal teman seprofesi. Memasuki Jln. Seram, penulis melihat seorang bocah penjual cobek terlelap di bawah pohon pelindung dengan posisi kaki menjuntai ke jalan raya. Suara kendaraan yang lalu lalang pun tak mampu membangunkan sang bocah dari mimpinya.

Penulis sempat membangunkan untuk mengingatkan bahwa posisi tidurnya membahayakan karena kakinya bisa saja tertabrak kendaraan. Namun, mahalnya sebuah mimpi indah membuat bocah yang kemudian diketahui bernama Saripudin tak juga terbangun. Di seberang jalan, tepatnya di simpang Jln. Aceh-Jln.Sumbawa-Jln. Seram, bocah lain penjual cobek sedang duduk termenung. Ketika dihampiri, bocah tersebut bernama Aceng (15). Dari Acenglah penulis mengetahui bahwa yang tertidur di Jln. Seram bernama Saripudin.

Aceng mengaku, mereka berasal dari Gunungbentang daerah Padalarang. Cobek yang mereka jual dengan harga Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu juga asli buatan Padalarang. Pada akhir pembicaraan, penulis memberi Aceng dua lembar uang kertas. Sebelum pergi, penulis berpesan bahwa satu lembar tadi untuk diberikan kepada temannya Saripudin yang masih tertidur lelap. Penulis kemudian berhenti sejenak di Jln. Ambon, untuk sekadar menoleh ke arah Aceng. Kali ini, Aceng ternyata berjalan meninggalkan dagangannya menuju Saripudin yang jaraknya sekira 100 meter. Aceng membangunkan temannya itu dan kemudian memberikan selembar uang titipan penulis.

Perasaan sedih, kagum, salut, muncul dalam perasaan penulis. Bagaimana seorang Aceng mampu bersikap jujur. Padahal, bisa saja Aceng menyimpan uang untuk dirinya sendiri, toh Saripudin tidak tahu karena terlelap tidur dan penulis yang memberinya pun telah pergi. (endri/"Galamedia")**

Tidak ada komentar: